Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Rabu, 15 Juli 2015

"Akuaponik sebagai Jawaban Kemandirian Pertanian dan Perikanan Kota Surabaya"

"Akuaponik sebagai Jawaban Kemandirian Pertanian dan Perikanan Kota Surabaya"

 



Pada tahun 2011 menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil jumlah penduduk Kota Surabaya sebesar 2.929.528 jiwa (Redaksi Surabaya Pagi, 2011). Laju pertumbuhan penduduk yang cepat harus diiringi dengan pemenuhan kebutuhan lapangan kerja, pangan dan tempat tinggal yang cukup dan layak. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) luas Kota Surabaya sebesar 326.360 km2 dimana 1.634 ha berupa lahan pertanian yang 60 persennya telah dikuasai pengembang perumahan (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012). Diperkirakan dalam 24 tahun ke depan lahan pertanian di Surabaya akan habis dan beralih fungsi (Arifin, 2012). 

 
Alih fungsi lahan pertanian menjadi pertokoan dan perumahan disebabkan adanya tuntutan perluasan kota, pemenuhan tempat tinggal dan sulitnya para petani mencari air yang sesuai untuk bercocok tanam (Redaksi Surabaya Kita, 2011). Hal ini memicu para petani di daerah perkotaan beralih ke jenis usaha lainnya, sehingga menyebabkan penurunan produk pertanian daerah. Ditinggalkannya usaha pertanian tersebut telah dibuktikan dari hasil survei BPS yang menunjukkan  jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa Timur (Jatim) sampai Mei 2013 berkurang 2,11 persen (Panca, 2013). Selama ini, belum ada solusi nyata untuk mempertahankan atau meningkatkan usaha pertanian di Kota Surabaya. Sistem pertanian yang memungkinkan untuk diaplikasikan di daerah perkotaan dengan lahan yang sempit adalah hidroponik. Media yang digunakan pada sistem hidroponik berupa air yang mengandung nutrisi bagi tanaman (Lingga, 1984). Kelebihan sistem hidroponik dapat dilakukan di lahan sempit, misalnya teras rumah atau ruangan kosong di dalam rumah. Sedangkan kekurangannya berupa mahalnya larutan nutrisi, sehingga membuat para petani kurang tertarik melakukannya.

Diagram Akuaponik


Berdasarkan permasalahan diatas, solusi yang dapat ditawarkan berupa penerapan sistem akuaponik, yaitu gabungan dari sistem hidroponik dan akuakultur yang saling bersimbiotik (Rakocy et al., 2006., Diver, 2006). Pertanian menggunakan sistem akuaponik dapat dilakukan di lahan sempit, tanaman tidak perlu disiram dan dipupuk,  air kolam tidak perlu diganti, ramah lingkungan dan bisa dilakukan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagian besar tanaman hortikultura dapat tumbuh dengan baik pada sistem akuaponik (Diver, 2006). 

Sistem akuaponik menghasilkan dua produk, yaitu produk pertanian dan perikanan. Berdasarkan kelebihannya tersebut maka sistem akuaponik layak menjadi solusi punahnya lahan pertanian di perkotaan. Selain itu, sistem akuaponik juga dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat dijadikan penghasilan tambahan para ibu rumah tangga, karena sifat dari akuaponik yang sederhana, praktis dan mudah dilakukan oleh semua kalangan tanpa memerlukan keahlian khusus. Bila ditinjau dari segi lingkungan, penerapan sistem akuaponik akan membuat daerah pemukiman perkotaan menjadi lebih hijau dan sejuk. Berdasarkan beberapa kelebihan inilah yang membuat sistem akuaponik layak diaplikasikan menjadi sistem pertanian dan perikanan di Kota Surabaya. (Ach. Zaimul Khaqqi_PKM-GT 2013)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar