Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Jumat, 06 November 2015

Bio-Energy

Potensi Produksi Biodiesel dan Bioethanol berbasis Mikroalga



K
emampuan mikroalga dalam berfotosinteis, seperti tumbuhan darat lainnya, dapat dimanfaatkan untuk menyerap gas CO2. Dari reaksi proses fotosintesis dapat diketahui bahwa jumlah gas CO2 yang dipakai fitoplankton adalah sebanding dengan jumlah materi genetik (CH2O6) yang dihasilkan, sehinga proses fotosintesis ini menjadi mesin utama dalam penyerapan gas CO2 (Lihua et al., 2006). Selain keeunggulan tersebut, biomassa yang dihasilkan dari proses fotosintesis dapat dikonversi menjadi bahan bakar alternatif dan terbarukan seperti biodiesel dan bioethanol.



Bio-Diesel dan Bio-Ethanol Berbasis Mikroalga
Biodiesel terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani yang mengandung trigliserida. Trigliserida terdiri dari tiga rantai asam lemak yang digabungkan oleh molekul gliserol. Proses pembuatan biodiesel atau transesterifikasi merupakan proses penggantian molekul gliserol dengan methanol yang kemudian membentuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang disebut biodiesel. Proses pembuatan biodiesel harus memenuhi beberapa parameter seperti kontinuitas bahan baku harus terjaga, ongkos produksi harus lebih rendah dari produksi minyak bumi, produk yang dihasilkan harus memenuhi standar bahan bakar (John et al., 2011).
Berdasarkan parameter tersebut, mikroalga merupakan biomassa yang potensial untuk digunakan sebagai bahan baku produksi biodiesel karena tingkat pertumbuhannya sangat tinggi serta memiliki fraksi lipid yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Banyak teknologi yang diteliti untuk mengekstraksi minyak (lipid) dari mikroalga, namun hanya beberapa teknologi yang umum digunakan. Teknologi tersebut antara lain: expeller/ pengepresan minyak, ekstraksi cair-cair dengan menggunakan solven, Supercritical Fluid Extraction (SFE) dan teknik ultrasound (John et al., 2011). Selain dijadikan biodiesel, mikroalga juga dapat dijadikan bioethanol yang dihasilkan dari biomassa mikroalga.
Bioethanol diproduksi dengan proses biokimia seperti fermentasi atau proses termokimia seperti gasifikasi. Biomassa yang digunakan sebagai bahan baku bioethanol umumnya adalah jagung dan tebu. Bahan tersebut mengandung lignoselulosa dan gula yang tinggi. Akan tetapi, bahan baku tersebut memiliki daya saing dengan pangan dan dibutuhkan area luas dalam memproduksinya. Keberadaan mikroalga sangat berpotensi dalam produksi bioethanol untuk menggantikan bahan baku yang masih bernilai pangan tinggi. Mikroalga mengandung karbohidrat dan protein yang dapat dikonversi sebagai sumber karbon dalam proses fermentasi pembentukan bioethanol.
Kelebihan dari penggunaan mikroalga sebagai bahan baku produksi bioethanol antara lain: proses fermentasi memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses produksi biodiesel, selain itu produk samping yang berupa karbondioksida dapat digunakan kembali sebagai sumber karbon dalam proses kultivasi mikroalga (John et al., 2011). (Ach. Zaimul Khaqqi_Bio 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar