Industry Microalgae Verticulture : sebagai Solusi Penurunan Emisi Karbon dan Konsep Industri Masa Depan di Indonesia
|
P
|
Industri
memiliki kontribusi besar dalam kerusakan lingkungan. Saat ini, 80% kebutuhan
energi global dihasilkan dari bahan bakar fosil, namun penggunaan yang
terlampau luas menyebabkan perubahan iklim global, pencemaran lingkungan dan
masalah kesehatan (Chen et al.,
2011). Emisi CO2 dari industri bisa mencapai 1,25 metrik ton per
kapita (Luken, et al., 2002). Pada
tahun 2000 tercatat emisi CO2 di Indonesia sebesar 1.720 juta ton CO2
ekivalen, jika tidak ada aksi pengurangan emisi, maka pada tahun 2020 akan
menjadi 2.950 juta ton CO2 ekivalen (Kementrian Perindustrian,
2010). Emisi CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat
menyebabkan global warming. Jika gas
rumah kaca di bumi semakin menebal maka sinar UV yang masuk ke bumi dan
dibiaskan oleh bumi akan dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca.
Akibatnya bumi semakin panas, sehingga mengakibatkan naiknya permukaan laut
karena mencairnya es di kutub utara dan selatan (Triana, 2008). Karena itulah dibutuhkan
solusi teknologi untuk mengurangi tingginya emisi CO2.
Selama ini
salah satu cara untuk mereduksi CO2 adalah mengurangi emisi karbon
dan membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) (Dahlan, 1992). RTH juga dapat
dijadikan sarana penelitihan, pendidikan maupun rekreasi. Namun tuntutan tempat
tinggal membuat peralihan fungsi lahan menjadi perumahan sehingga membuat
industri kesulitan dalam menangani gas CO2. Berdasarkan fakta
empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan pada industri serta kondisi
saat ini, maka upaya terobosan untuk mengatasi permasalahan gas buang industri
dapat dilakukan melalui penerapan mikroalga. Indonesia sebagai negara tropis,
memiliki temperatur dan komposisi kadar garam tinggi sehingga sangat sesuai
untuk pertumbuhan mikroalga. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
pada tahun 2008 telah melakukan uji coba kultur fitoplankton air tawar dan air
laut dalam sebuah FBR airlift sistem batch. Pada uji coba tersebut telah
dihasilkan penurunan gas CO2 secara meyakinkan, yakni konsentrasi CO2
sekitas 12% pada awal percobaan dapat diturunkan menjadi mendekati 0% dalam
waktu sekitar 7 hari oleh spesies Chlorella
sp. (Santoso, 2009).
Penerapan kultivasi mikroalga ini menggunakan metode photobioreactor secara vertikultur sebagai solusi penyempitan lahan di
Indonesia. Pipa cerobong asap akan disalurkan ke dalam reaktor mikroalga. Gas
CO2 akan dimanfaatkan mikroalga dalam proses fotosintesis sekaligus
menghambat gas CO2 menuju atmosfer. Mikroalga yang tidak bersaing dengan pangan akan
dijadikan sebagai energi alternatif dan terbarukan berupa biodiesel dan
bioethanol. Sedangkan mikroalga yang memiliki kandungan nutrisi tinggi akan
dijadikan sebagai produk pangan, pakan serta pemanfaatan di bidang kesehatan. Berdasarkan
beberapa kelebihan inilah yang membuat mikroalga layak diaplikasikan sebagai
solusi penurunan emisi gas buang dan konsep industri masa depan di Indonesia. (Ach.
Zaimul Khaqqi_Bio 2013) (Baca selengkapnya di Scribd.com, DocSlide
dan Academia.edu : (http://www.scribd.com/doc/273683730/PKM-GT-INDUSTRY-MICROALGAE-VERTICULTURE-SEBAGAI-SOLUSI-PENURUNAN-EMISI-KARBON-DAN-KONSEP-INDUSTRI-MASA-DEPAN-DI-INDONESIApdf#scribd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar